Senin, 13 Agustus 2012

JAUH


Em                                D
Jauh kulihat bintang dilangit
 Am                                  B
Pabila awan hitam silih berganti
 Em                                D
Jauh kulihat bening matamu
Am                                  B
Pabila air mata lirih menanti


D5 -E5- D5-E5


Kau tak pernah kan mengerti
A5                C5
Apa yang kurasakan
D5 -E5- D5-E5
Kau tak pernah kan mengerti
A5                G5
Apa yang kulakukan
D5 -E5- D5-E5
Kau tak pernah kan mengerti
A5                C5             Em
Apa yang kukatakan padamu
       C                G            D
Walau kini ku tlah tinggalkan semua

Masih tersimpan dalam hatiku
Semua kata cinta tentang bayangmu
Masih kupeluk pada dadaku
Seuntai rasa rindu akan dirimu

C5                          Em
Takan bisa kau berpaling
C5                          Em
Takan Bisa kuberlalu
C5                          Em
Hilangkanlah semua rasa
C5                          Em
Jaukanlah semua benci


UNTUKMU LAILA


Wahai laila...
Jangan kecilkan hatimu
Walau jarak memisahkan kita
Tersenyumlah selalu untuku

Wahai laila...
Ingatkah kita ketika bersama
Duka serasa tiada hampa
Disaat cahaya cinta terbuka

Bintang bertabur penuh pesona
Langit mengambang dicakrawala
Tida yang berarti selain cinta
Selama surga menyatukan kita

Puing janji pesona manis
Jauhkan dari hati teriris
Altar hatiku kian menipis
Kubersipu pada sujud tangis

Jumat, 20 April 2012

DARI SANG KEKASIH

Apakah karena Mengingat Para kekasih di Dzi Salam.
Kau campurkan air mata di pipimu dengan darah.
Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah.
Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam.

Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah.
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah.
Apakah sang kekasih kira bahwa tersembunyi cintanya.
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora.

Jika bukan karena cinta takkan kautangisi puing rumahnya.
Takkan kau bergadang untuk ingat pohon Ban dan ‘Alam.
Dapatkah kau pungkiri cinta, sedang air mata dan derita.
Telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta.
Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan kurus lemah.
Bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.
Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga.
Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita.
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku.
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku.
Padahal tidakjuga kunjung sembuh penyakitku.
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya.
Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.
Aku kira ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.

UNTUK YANG TERAKHIR KALI

Terbujur kaku,
Terlihat kerut dikeningmu,
Seakan kau tak rela penuhi panggilan-Nya.
Namun itu bukan kuasamu.

Hanya air mata . .
Ketika sesosok tubuh indah kurangkul . .
Ia yang kusucikan dengan tetesan air mata.
Embun indah itu telah terlelap dihadapku.

Apakah ini benar terjadi ? ?
Aku tak berkata,
Hanya memandang raut indah yang dulu setia tersenyum untukku.

Bunda . .
Kutaburkan bunga bunga Kesukaanmu,
Kusirami tanah tempat bidadariku terlelap.
Hening memecah,
Ketika tangis tak kuasa mengalir . .
Menatap apa yang ada dihadapku.

Maafkan anakmu ini . .
Yang tak sempat hadir di akhirmu . .
Yang kurang berbakti diharimu . .
Lihatlah aku menatapmu disini,
Dengarlah hati pedih ini . .
Tak satu hurufpun terlupa apa yang engkau kata.

Bunda . .
Tersenyumlah dalam lelapmu,
Kecup indahku takkan lelah menyapamu . .
Dalam doa menyentuh Jiwa indahmu . .
Dalam doa kuraih rindu akan senyummu . .

WAYAH ESUK PEDUT ANGENDANU

rong puluh tahun kepungkur aku lan sliramu nate mlaku ana dalan kene
saklawase ora nate ketemu
saliramu lan saliraku wus beda ora kaya biyen nalika isih tak kanthi
gandaning wengi mau isih sumrebak ngebaki pedut wayah esuk

wus aja mbok tangisi lakon kang wus kapungkur
wus pirang wayah ketiga tak lakoni nganti rambut warna ireng lan putih
ing dalan iki rong puluh tahun kepungkur
ana cerita rinajut endah

dik, kala kala sliramu isih dadi impenku
pirsanana ana nduwur kae
ana teja manther ing sela-selaning gegodongan
lan lintang panjer wengi sing isih kari sakmenir gedhene

saiki aku lan sliramu linambaran rasa kangen
simpenen kangenmu ana impen
------------------------------------

B1000CK

B1000CK
DCLXVI