Jumat, 20 April 2012

surat dari majnun untuk laila

Aku awali surat ini dengan nama sang Raja yang memberikan kehidupan kepada jiwa dan pertolongan kepada hati. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan kebijaksanaan-Nya adalah mutlak: Dia melihat dan mendengar segala sesuatu - bahkan do'a makhluk-makhluk yang tak dapat berbicara sekalipun. Dialah yang membagi dunia ini terang dan gelap: Dialah yang memberikan kepada seluruh makhluk sebuah waktu yang telah ditentukan diatas bumi, dari burung di udara sampai kepada ikan di kedalaman samudera. Dia telah menghiasi langit dengan bintang-bintang dan mengisi bumi dengan umat manusia dari beragam suku dan warna. Dia telah memberikan tiap laki-laki dan perempuan sebuah jiwa, dan Dia telah menyinari setiap jiwa dengan obor akal pikiran, sehingga seluruh hamba-Nya dapat meraih keselamatan.

Ini adalah sehelai kertas kesedihan, yang dikirim oleh sebuah jiwa yang dipenuhi oleh duka cita kepada jiwa yang lainnya. Ia datang dariku, seorang tawanan, dan ditujukan kepadamu, kau yang telah berhasil menghancurkan belenggumu dan meraih kemerdekaan. Sudah berapa lamakah, kasihku, aku mengikatkan tali cintaku padamu? Berapa banyak hari-hari tanpa makna, berapa banyak malam yang dipenuhi oleh air mata telah berlalu sejak saat itu?

"Apa kabarmu, duhai belahan jiwa, dan bagaimana kau melewati hari-harimu? Kemanakah ketujuh buah planet, penuntun di langit, telah membawamu? Aku tahu bahwa kau masih berdiri menjaga harta persahabatan kita, dan aku rasakan di dalam hatiku bahwa cinta memperoleh keagungannya semata-mata darimu. Aku tahu bahwa darahmulah yang memerahkan bumi saat matahari terbit dan saat matahari terbenam, namun kau tinggal jauh di dalam perut gunung bagaikan intan yang terperangkap di dalam bebatuan. Dalam kegelapan yang kelam kau adalah mata air Khizr, sumber air kehidupan. Kau adalah ngengat yang mengitari nyala api keabadian; kau telah mengaduk-aduk samudera eksistensi dunia, namun kau memunggungi badainya dan bersembunyi di dalam pusara kesepianmu sendiri, dengan beberapa hewan sebagai kawan.. Semua lidah menggunjingkanmu, melesatkan anak panah celaan ke arah hatimu, tapi apa artinya itu bagimu? Kau telah memalingkan penglihatanmu kepada keabadian; bahkan sekarang, kafilahmu sedang dalam perjalanan menuju hari akhir.

Aku tahu berapa besar kau telah berkorban; aku tahu bahwa kaulah yang telah membakar habis ladang jagungmu sendiri, membakar hasil panenmu sendiri. Kau persembahkan hatimu padaku dan menempatkan jiwamu di tanganku, dan karena itu menjadi sasaran cercaan dan fitnah. Tapi itu hanyalah sebuah akibat yang kecil; tidak ada seorang pun dari kita yang peduli apa yang orang lain pikir atau katakan. Apa pun yang mereka lemparkan kepada kita, kita akan menghadapinya bersama: setidaknya aku dapat bergantung pada kesetiaanmu, dan kau pada kesetiaanku. Tapi seandainya saja aku mengetahui apa yang kau pikirkan, apa yang kau rasakan! Andai saja aku dapat melihat dirimu dan apa yang sedang kau kerjakan! Dengan seluruh cinta dan seluruh hatiku aku bersamamu, tapi bagaimana dengan engkau? Dengan siapa kau menghabiskan waktumu? Memang, aku terpisahkan darimu dalam tubuh, tapi dalam ruh kita adalah satu.

Aku telah melakukan segalanya untuk ikut memikul kesedihanmu, segalanya kecuali ini: aku tidak datang sendiri padamu, karena itu adalah mustahil. Tapi apa artinya itu? Seperti kataku, kita terpisah dalam tubuh tapi ruh kita satu: jiwaku selalu bersamamu sepanjang waktu. Aku tahu seberapa besar kau menderita dan betapa hatimu yang lembut tergerogoti oleh duka, namun hanya ada satu jalan keluar dari kesengsaraan ini untuk kita berdua: kesabaran dan ketabahan.

Ya cintaku: kesabaran, ketabahan, dan harapan. Apalah hidup itu? Ia tidak lain dari sebuah hikayat dan sebuah tangisan, tempat persinggahan yang singkat di perkemahan sementara kehidupan yang berakhir sama cepatnya dengan saat dimulainya: mereka yang telah sampai, hampir tidak punya waktu untuk membongkar kantungnya karena mereka harus berangkat kembali! Mereka berkata bahwa mata adalah jendela menuju jiwa, dan itu benar. Tapi seorang yang bijak tidak akan membiarkan orang lain melihat kedalam jendela itu, cintaku! Apakah kau ingin sang musuh tertawa melihat air mata kita, mengejek kita dalam kesengsaraan kita? Tidak akan pernah! Seorang yang bijak harus menyembunyikan kesedihannya agar orang lain tidak bergembira diatasnya, seperti ulat yang bergembira di atas sehelai daun.

Jangan mengingat benih yang telah ditaburkan: pikirkan hanya apa yang akan tumbuh dari mereka. Hari ini jalanmu mungkin terhalang oleh duri dan bebatuan, tapi esok kau akan memanen buah ara dan kurma yang melimpah! Dimana ada kuncup yang tertutup hari ini, esok akan ada sekuntum mawar. Jangan lupakan itu!

Dan jangan bersedih! Jangan biarkan hatimu mencucurkan air mata darah, dan jangan berpikir bahwa kau sendirian dan tidak memiliki teman di dunia ini. Apakah aku bukan temanmu? Apakah kenyataan bahwa aku ada disini untukmu tidak meringankanmu? Janganlah kau, duhai cintaku, mengeluh bahwa kau sendirian. Ingatlah Dia yang menciptakanmu; ingatlah bahwa Tuhan adalah teman bagi mereka yang tidak memiliki teman.

1 komentar:

  1. ....Jiwa seorg yg dimabuk cinta akn merasa sakit karena rindu, sebb sorg pecnta sll ingn bersama, namun aral tak henti2 menghadang, karena cint sjati pengorbanann takkan sia2.....

    BalasHapus

B1000CK

B1000CK
DCLXVI